ada yang salah dengan ‘Jatuh Cinta’?

in the name of Allah

Aseeek, mau bahas cinta-cintaan ah, uhuk!!. Padahal cerita tentang Yearend Journey kemarin belum kelar. Gapapa ya, nanti kalau ada kesempatan itu dilanjut, tapi ini nyempil dikit soalnya lagi pengen bahas ini.

Begini ceritanya, jadi kemaren seorang teman mengirimkan kata-kata mutiara begini:

“Jangan mau jatuh cinta. Karena jatuh cinta itu sakit (jatuh tu sakit kan?)

Lebih baik Membangun cinta. Cinta karena Allah”

Terus, yang mau dibahas??

Jadi begini, jujur saja saat pertama mendengar kalimat ini, lama sebelum saya mendapatkan sms kata-kata mutiara ini dari teman, kemarin, saya menyetujui semua isi pernyataan ini, tanpa ada pembantahan. Namun, juga jauh sebelum saya diingatkan lagi dengan pernyataan ini saya pernah memikirkan dan merenungkan tentang ‘jatuh’ dan ‘membangun’ ini. Well, saya ingin memberitahukan dulu sepenuhnya, nantinya semua yang termuat ini adalah berdasarkan sudut pandang saya dan itu bisa berubah sewaktu-waktu. Nah lho??, ga konsisten dong. Hahaha, ya namanya juga manusia, manusia itu makhluk dinamis dan apa saja bisa berubah. 🙂

OK, saya mulai ya.

Menurut saya, ‘Jatuh Cinta’ dan ‘Membangun Cinta’ itu bukan kegiatan komplementer *halahhh*. Bukan bermaksud sok tau, hanya mencoba berpendapat, karena yang saya tahu orang-orang yang mencetuskan ini adalah guru-guru kehidupan yang saya juga sangat menghormatinya, hehehe. Jadi begini, mungkin banyak yang mendefinikan dari jenis kata, bahwa cinta itu adalah tentang sebuah kata kerja yang sifatnya aktif, maka jika didampingkan dengan kata kerja, maka itulah definisi cinta, istilahnya menggambarkan apa itu cinta, seperti ‘Membangun Cinta’ tadi. Sedangkan kata jatuh, adalah sebuah keterangan, dan cinta itu kata sifat, jadi ‘Jatuh Cinta’ hanya menjelaskan tentang keterangan sebuah sifat. Hmmmm, well kayaknya ini agak membingungkan, atau saya yang tidak pandai menjelaskannya ya, hehehe. Itu pendapat pertama.

Nah selanjutnya, sering dikatakan orang yang ‘Jatuh Cinta’ akan sering merasakan sakit. Karena jatuh itu sakit. Maka jatuh cinta juga akan sakit. Sedangkan ‘Membangun Cinta’ itu sebuah proses terus menerus, sebuah usaha tanpa henti, seperti membangun sebuah bangunan, tidak akan berhenti sampai bangunan itu jadi. Seperti itulah membangun cinta. Tidak akan berhenti sampai tujuan tercapai yaitu surga *hehehe, ini hasil membaca dari buku nya ust. Salim, JCPP (klo ga salah), tapi lupa detilnya*. Untuk hal Membangun Cinta, i’m totally agree 😀

Terus masalahnya??, seperti yang saya sebutkan sebelumnya bagi saya kedua hal ini bukan sesuatu yang saling menggantikan tapi proses yang berkesinambungan. Hmmm, dari pemikiran saya, begini. ‘Jatuh Cinta’ itu adalah istilah. Istilah yang menjelaskan atau menggambarkan kondisi dimana seseorang merasa mencintai atau (telah) mencintai orang lain, atau sesuatu yang lain. Hmm, baiklah saya kerucutkan saja ini tentang mencintai lawan jenis. Sedangkan ‘Membangun Cinta’ adalah sebuah proses untuk menimbulkan dan menjaga cinta-nya, nah selama proses membangun cinta ini, ada usaha untuk memunculkan yang tadinya (mungkin) belum cinta menjadi mencintai, dalam proses ini pada akhirnya objek yang sedang membangun cinta akan merasakan jatuh cinta. Percaya??. Masa berusaha ‘membangun cinta’ (kata kerja) tetapi tidak merasakan cinta, nah ketika dia merasakan cinta atau mencintai maka objek tersebut telah melalui proses ‘jatuh cinta’ (ini istilah untuk menjelaskan keadaan). Selanjutnya, setuju kalau cinta itu proses berkelanjutan bersifat aktif, maka peranan ‘Membangun Cinta’ muncul lagi, seperti manusia, cintapun dinamis maka harus terus dibangun. Hehehe 🙂

jatuh cinta

Image

dan membangun cinta

Image

Menurut saya, jatuh cinta itu pilihan yang jika dia datang sulit untuk ditolak (mungkin). Yang terpenting bagi saya bukan lebih baik membangun dari pada jatuh. Karena keduanya proses yang berkelanjutan. Namun, segalanya terletak di niat. kalau jatuh cinta pun alasannya karena Allah??.

Kalau jatuh cinta-nya sebelum menikah??, (lagi-lagi) in my opinion, itu ga masalah selagi cinta itu ga membuat kita melanggar perintah Allah dan melakukan yang dilarangNya. Jika jatuh cinta sebelum menikah, diam, kalau diam ternyata sakit. Emang kalau diungkapin efeknya apa?? ga ada. Kalau siap, ya nikah.

Satu lagi, menurut saya dan pernah berbincang dengan teman saya. (Mungkin) perasaan yang kita kira cinta sebelum menikah itu bukanlah cinta sebenarnya. Itu hanya (mungkin) rasa kagum atau suka, bukan cinta. Ya, ini tidak berlaku untuk semua orang sih (mungkin) tapi berlaku buat saya dan teman saya itu. Kami telah memutuskan bahwa akan jatuh cinta pada Suami dan bersama suami kami masing-masing akan membangun cinta.

Kenapa banyak (mungkin), hahahaha, karena saya sendiri belum berpengalaman. Apalagi rasanya cinta pada pasangan (halalan toyyiban). Tapi kalau dibayangkan sih, hahahaha, pasti indah. *toyor pala ndiri, banguun oi, sadar sadar!!*

Terkahir menurut saya, yang terpenting bukanlah apakah memulainya dengan ‘jatuh cinta’ atau berusaha ‘mebangun cinta’. Tapi bagaimana proses keduanya itu dilakukan dengan baik dan berusaha bagaimana agar Allah meridoinya *sayaaa juga masiiiih belajaaaarrr, doakan yaaaa. Susah ternyataaa, hingga waktunya tiba *nyaaahhh malah curcol dia* #halahhh, hahaha*

NB: gambar nyomot dari sini

Leave a comment