Yearend Journey: Goa Pindul

in the name of Allah

Hahahaha, hei kemana aja?? berapa lama nih bolos nulis Yearend Journey nya?!! Hadeuh.. Maap penonton, lagi sibuk :p lagi susah fokus ke blog nih, sok-sok mau mikirin Tesis, pengen cepet kelar biar bisa bebas ngurusin yang lain yang jauhhhh lebih penting, akhirnya blog pun terabaikan.. Maap ya blog ku sayang. Banyak yang pengen aku tuliskan termasuk semua pengalaman berharga dan proses-proses yang terjadi, tapi nanti ya, sabar!! :p *ngaco kemana-mana nya mulaiiii deh*

Baiklah sekarang cerita perjalanan akhir tahun kemaren saya mulai lagi yah, mudah-mudahan setiap detilnya masih nempal *intip masa-masa kemaren* :p

Siph, kita mulai. Setelah menikmati Ramayana Ballet Show setibanya di Jogja kemaren, kami langsung menuju hotel untuk beristirahat setelah perjalanan panjang Bandung-Jogjakarta + jalan kaki *olah raga* malam menikmati udara klaten. Pertunjukan Ramayana mengawali perjalanan dan menutup malam pertama kami dengan mengagumkan. Tanpa basa basi tiba di hotel, kamiiiii, oh iya lupa kami belum makan, seharian baru makan satu kali, pagi + siang dirangkap dengan bekel nasi kuning yang kami beli dekat kosan. Haha, makan angin memang bisa buat kenyang sodarah. Ternyata klaten itu ga seramai Bandung, dan ini asli *ya iyalah*. Jadi kami berencana untuk makan malam sepulang menyaksikan pertunjukan ramayana saja, ya tidak lain tidak bukan karena seperti yang telah saya jelaskan, kami sudah telat satu jam, hehehe. Ternyata sesampainya di penginapan, kami tidak menemukan warung makan yang masih buka. Lah piye iki??. Mau menyusuri jalanan masuk hotel agak enggan, sudah malam dan sepi + tidak ada tanda-tanda warung masih buka. Bagooosss. Untung ternyata masih ada satu buah angkringan yang masih buka, agak spooky sebenernya soalnya yang nongkrong disana laki-laki semua. Berhubung ini perut belum diisi sejak pertengahan hari tadi kami memaksakan diri, berhubung kami bertiga jadi yaaaa masih memberanikan diri. Hahaha, yah biasalah disapa salam sama mas-mas yang tak kami acuhkan *watir juga soalnya*. fufufufu, makanya anak gadis jangan maen malem-malem *hampir tengah malam lebih tepatnya*. Alhamdulillah, masih ada 3 tusuk sate telur puyuh, 3 tusuk sate usus, 3 bungkus nasi kucing dan 3 gelas susu jahe, untuk kami bertiga, semuanya Rp 19.000,-. Setelah lahap makan plus membahas kisah ramayana yang akhirnya kami putuskan untuk mencari detil ceritanya di internat kami pun tertidur dengan pulas.

Esok pagi yang Cerah. Tepat pukul 7 kami bergerak untuk melanjutkan perjalanan. Tapi kami tidak lupa untuk menikmati sarapan yang telah disediakan hotel, paket kamar Rp 100.000 + sarapan untuk 2 orang, berhubung kami bertiga nambah Rp 8.000 untuk sarapan 1 orang.

Engingeng. Hayooo, ke Gunung Kidul mau naik apa??. Kocak, mari kita trial and error. Setelah kami tidak yakin untuk naik bis Solo-Jogja yang menuju terminal Giwangan. Kami memutuskan untuk menggunakan jasa Transjogja yang menuju terminal Giwangan. Nah, jangan lupa bertanya karena mungkin saja ada alternatif yang lebih baik. Jadi, petugas Transjogja di Shelter Prambanan menyarankan kami untuk naik angkutan umum yang menuju Piyungan, dari Piyungan nanti kami nyambung naik bis Jogja-Wonosari, cara itu lebih cepat dan tidak harus mutar ke Jogja lagi.

Naiknya dari mana??, di dekat shelter prambanan ada pasar di dekat pasar ada beberapa angkutan kota, coba tanya bapak-bapak disitu angkutan yang ke Piyungan, nah ongkosnya lima ribu/orang. Jauh ternyata. Yang menarik itu, sepertinya supir angkot dan sebagian besar penumpangnya sudah saling kenal, mungkin karena angkutannya memang jarang dan penumpangnya ya penduduk daerah situ yang itu lagi itu lagi. Jadi tanpa kata ‘kiri’ si bapak supir sudah tau penumpangnya turun dimana. Keren, hahaha.

Kami diturunkan bapak supir di jalan lintas Piyungan, spesifiknya saya tidak tahu, hehehe. Kami hanya nurut ketika disuruh turun dan kami pun turun :p Tak lama menunggu bis tujuan Wonosari pun datang. Perjalanan dari Piyungan ke Goa Pindul sekitar 1 jam *ah saya lupa turunnya di perempatan apa gitu yak, asli lupa*. Dari perempatan itu ke pintu masuk Goa Pindul cukup jauh, sekitar 2 km dengan melintasi jalan perkampungan.

Akhirnya kami nyampe di Goa Pindul, sekitar pukul setengah 12 daaaaannnn orang-orang sudah ramai.

Selanjutnya… bersambung dulu aja ya.. 🙂

See you :*

rasa dan kata

in the name of Allah

Aku belajar merangkai kata, tapi ketika apa yang ada di dalam rasa ku coba ungkap dalam kata, semua berubah. Seperti tak ada kata yang tepat untuk dirangkai menjelaskan apa yang ada. Mungkin aku terlalu amatir mengenal kata, atau aku sendiri masih tak mengerti apa yang kurasa. Ah ya, rasa terasa dalam dan semakin dalam, apakah aku belum mengenalnya atau memang sebenarnya aku tak mampu  merangkaikan kata yang tepat untuk menjelaskannya.

Aku hanya tau rasa itu benar-benar ada tapi tak pernah benar-benar dapat menjelaskannya. Atau secara tidak langsung aku memilih untuk menyimpannya, menyimpan kata dan rasa menjadi sebuah rahasia, menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskannya dengan rangkaian kata sederhana?, ah mungkin.

ketika aku mengatakan aku merindukanmu, mungkin itu kata paling sederhana yang bisa aku rangkaikan tapi tetap itu rasanya tak mampu mewakilkan apa yang ada di dalam rasa.

Dear Allah, pemilik segala rasa, ijinkan aku menitipkan rasa ini padaMu. Aku tak mahir mengungkapkannya dalam rangkaian kata, aku takut akan menghilangkan maknanya. Engkau yang paling mengerti, aku mohon sampaikan rasa ini, bila waktunya tiba. Jagalah ia selalu